Oleh: Manzilina Sorfina

Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Mataram

Seluruh masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing lagi dengan ramainya pemberitaan hoaks di nusantara. Berita hoaks atau berita bohong merupakan informasi yang direkayasa guna menutupi informasi yang sebenarnya. Mulai dari rumah ke rumah bahkan hingga media sosial dan kehidupan politik, hoaks kerap menjadi ‘penyakit’ yang menggerogoti kehidupan sosial masyarakat. Terlebih di zaman modern seperti ini, dilengkapi teknologi canggih hoaks hadir secara terang-terangan, sehingga mampu diakses oleh seluruh rakyat Indonesia. Seringkali para kaum pengguna ponsel terutama para generasi muda, menggemari berita yang berbau sensasi daripada informasi bermanfaat seperti informasi beasiswa atau website edukasi. Hoaks telah disepelekan oleh banyak pihak karena eksistensinya yang justru digemari khalayak ramai. Padahal jika ditilik dari bentuknya saja, hoaks adalah senjata kecil terampuh yang akan membunuh persatuan. Hal ini tentu sangat miris untuk kelangsungan masyarakat Indonesia ke depannya.

Dilansir dari Jawapos.com, sepanjang 2019, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) menemukan 3.801 hoaks. Mayoritas hoaks tersebut adalah terkait politik, yaitu mengenai calon presiden dan wakil presiden, partai politik peserta dan penyelenggara pemilu. Kemudian, baru-baru ini banyak beredar berita hoax mengenai COVID-19 yang menyebabkan keresahan massal sekaligus menghambat penerapan vaksin terhadap masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan teknologi informasi yang semakin maju akan membuka kemudahan bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyebar luaskan berita hoaks yang mengandung propaganda, radikalisme, dan intoleransi. Tentu hal ini akan mengancam integrasi bangsa dan persatuan negara yang dimana berita hoaks dapat mendorong masyarakat untuk bertindak secara impulsif tanpa mempertimbangkan berita yang diterima benar atau sebaliknya. Akibatnya, dapat terjadi konflik sosial di tengah masyarakat serta hilangnya rasa saling percaya antar anggota masyarakat. Dan yang lebih parah lagi, berita hoaks mencakup seluruh aspek ancaman integrasi nasional yaitu, propaganda, gerakan etnosentrisme, separatisme, radikalisme, dan terorisme yang disisipkan dalam kerangka berita. Dampak yang ditimbulkan pun dapat memecah belah komponen masyarakat dan menggiring opini negatif terhadap suatu persoalan.

Penyebaran berita bohong atau hoaks semakin menunjukkan pengaruh negatif bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Terlebih, berita bohong yang menyebar telah dimanfaatkan oleh pihak yang menghendaki kerusakan dalam masyarakat untuk kepentingan politik maupun ekonomi tertentu. Pemakaian hoaks dengan muatan isu SARA ini harus diwaspadai oleh masyarakat agar tidak dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Beredarnya berita bohong atau hoaks, yang menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat, telah dianggap sebagai informasi atau berita faktual akibat masifnya berita hoaks itu. Sementara, masyarakat juga tidak memiliki pengetahuan dan sumber yang cukup, untuk membedakan informasi atau berita yang diperolehnya benar atau salah.

Maka dari itu, sebagai masyarakat Indonesia yang cerdas, kita harus tahu bagaimana langkah untuk meminimalisir pergerakan hoaks atau berita bohong. Mulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat seperti keluarga maupun kawan sebaya. Langkah awal yang dapat diterapkan yaitu memilah berita dengan benar dan usahakan membaca berita dari platform yang terpercaya. Bagaimana caranya mengetahui bahwa sumber yang kita baca adalah sumber terpercaya? Hal pertama yang dapat membantu menentukan apakah sumber ini memuat berita faktual adalah dari tersedianya nama narasumber. Ketika membaca sebuah berita atau artikel di internet, pastikan nama narasumber tercantum di dalamnya. Kemudian periksa apakah terdapat banyak typo penulisan dalam artikel tersebut. Dilansir dari laman Verizon, berita dengan sumber terpercaya memiliki kualitas penulisan yang tinggi serta sangat minim kesalahan. Tips selanjutnya yakni dengan membandingkan beberapa sumber bacaan agar tidak mudah percaya atau terprovokasi dengan berita negatif. Kemampuan memproduksi hoaks yang lebih banyak dan cepat dibanding upaya penmberantasannya, harud diantisipasi dengan pembekalan literasi digital dan non-digital, sehingga masyarakat memiliki pegangan untuk mampu membedakan hoaks serta tidak mudah terprovokasi yang dapat menimbulkan konflik.

Dengan antisipasi yang tepat dari masyarakat, saya berharap penyebaran hoaks dapat dimatikan sumbunya. Lenyapnya hoaks pasti akan memberi dampak positif dalam berbagai bidang terutama perpolitikan. Ditambah lagi, telah tersedia tindak pidana bagi pelaku penyebaran berita bohong atau hoaks. Dengan begitu, tak ada lagi pihak yang dirugikan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Pemberantasan hoaks akan mendorong terciptanya integrasi bangsa yang solid serta terhindar dari perpecahan bahkan dari unit terkecil masyarakat.

Sumber foto : beritasatu.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *