Desa Rarang menjadi desa kedua setelah Tetebatu Selatan yang merealisasikan energi terbarukan berbasis potensi desa dalam program WE for JET. Setelah proses yang sempat tertunda selama dua hari akibat cuaca buruk yang melanda daerah NTB, khususnya Lombok Timur, akhirnya pembuatan biogas dari sampah organik di Desa Rarang selesai tepat waktu dengan pengerjaan selama enam hari.

Berbeda dengan di Tetebatu Selatan, tantangan di Desa Rarang terasa cukup berat. Kegiatan yang dijadwalkan dimulai pada hari Senin, 10 Februari 2025, terpaksa ditunda karena hujan dan angin kencang yang melanda daerah Lombok selama beberapa hari. Akibatnya, galian untuk digester digenangi air dan harus dikuras setiap harinya. Belum lagi, tekstur tanah liat yang bercampur air hujan membuat tanah menjadi becek dan berlumpur, serta bau sampah yang basah membuatnya semakin menyengat.

Namun, semua tantangan tersebut tidak menurunkan semangat teman-teman dari Sekolah Setara, teknisi lokal, dan Pemerintah Desa Rarang. Dengan tekad dan semangat 45 mereka sambil berlumpur, bergotong royong menyelesaikan biogas dari sampah organik yang telah diinisiasi bersama selama beberapa tahun ini bersama Gema Alam dalam program WE for JET. Tak ada rasa jijik semuanya turun menginjak lumpur dan menghirup bau sampah yang menyengat demi mewujudkan kemandirian energi dan solusi pengelolaan sampah yang baik di desa.

Sebagai langkah awal, biogas yang dihasilkan dari sampah organik ini akan langsung dimanfaatkan di TPS3R sebagai sumber energi bagi masyarakat yang terlibat dalam pengolahan sampah di sana. Inisiatif pembuatan biogas ini tidak hanya akan memberikan solusi energi terbarukan, tetapi juga menjadi upaya inovatif untuk mengelola sampah yang semakin hari semakin menumpuk.

Diharapkan, biogas sampah organik di TPS3R Dusun Uringin, Desa Rarang, ini menjadi pilot project yang nantinya dapat diduplikasi dalam skala rumah tangga untuk masing-masing keluarga. Seperti yang disampaikan Lalu Anto, Kaur Perencanaan Desa Rarang, “Sebenarnya, program energi terbarukan ini sudah ada dalam program pemerintah desa. Kebetulan, Gema Alam hadir di desa kami dan mendorong program ini berjalan semakin cepat dan baik. Saya harap nantinya, jika biogas ini berhasil, kita akan membuat sepuluh biogas skala rumah tangga di setiap dusun setiap tahunnya, sehingga nantinya Desa Rarang dapat menciptakan kemandirian energi di tengah krisis energi saat ini.”

Dengan keberhasilan ini, Desa Rarang tidak hanya menunjukkan bahwa tantangan alam bisa diatasi dengan semangat kebersamaan, tetapi juga memberikan contoh konkret tentang bagaimana energi terbarukan dapat dikembangkan di tingkat desa. Proyek ini membuka peluang besar bagi desa-desa lain untuk mengadopsi teknologi ramah lingkungan yang dapat membantu mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, serta memperbaiki kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat.