Pada 3-4 Desember 2024, telah diselenggarakan pelatihan mengenai Gender dan Transisi Energi untuk laki-laki di Hotel Santika Mataram. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para peserta tentang pentingnya kesetaraan gender, serta bagaimana transisi energi bisa mengurangi beban kerja perempuan dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan harmonis.

Sebagai tindak lanjut, para peserta yang sebelumnya mengikuti pelatihan ini berkumpul untuk mengikuti Diskusi Penyusunan Strategi Influencing untuk Mempromosikan Gender Just Care Economy dan Fasilitasi Pelaksanaan Strategi Influencing. Tujuan dari diskusi ini adalah untuk merefleksikan perubahan yang mereka rasakan di dalam keluarga setelah pelatihan, serta bagaimana cara menyebarkan pemahaman tentang kesetaraan gender dan transisi energi ke lebih banyak orang.

Beberapa peserta berbagi pengalaman mereka. Lalu Sutarki, salah seorang peserta, menyampaikan, “Setelah mengikuti pelatihan ini, saya merasakan dua perubahan besar. Pertama, saya jadi lebih paham dan terbuka tentang peran saya sebagai laki-laki di keluarga. Kedua, istri saya kini lebih menghargai usaha saya. Kami sekarang berbagi peran dalam pekerjaan rumah tangga, yang sebelumnya 70% menjadi tanggung jawab istri dan 30% saya, kini menjadi 50-50. Bahkan, hal kecil seperti membuat kopi pagi yang dulu saya minta tolong istri, sekarang saya lakukan sendiri. Begitu juga dalam pengelolaan keuangan keluarga, saya kini memberikan lebih banyak kepercayaan kepada istri.”

H. Zubaer, seorang tokoh agama, menambahkan, “Ikram, kasih sayang dalam keluarga itu sangat penting, terutama terhadap istri. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk saling membantu antara laki-laki dan perempuan. Sebagai laki-laki, kita harus sabar dan memuliakan istri. Saya pun menerapkan ini dalam rumah tangga saya, saling membantu dengan istri, mencontoh teladan Rasulullah yang selalu menghargai istri.”

Tajudin, Kepala Desa Taman Ayu, berbagi, “Saya memulai dengan memberi pemahaman kepada istri saya di rumah. Kami saling berdiskusi dan saya memberinya buku-buku yang berkaitan dengan keluarga, termasuk pembagian peran dan pendidikan anak. Di rumah kami, pembagian peran tidak menjadi masalah. Saya juga mempelajari siklus perempuan, seperti mengetahui siklus menstruasi istri saya. Yang paling penting adalah saling memahami peran masing-masing dalam rumah tangga.”

Untuk memastikan hasil dari pelatihan ini bisa tersebar lebih luas, perlu dilakukan strategi influencing. Hal ini bertujuan untuk mengajak lebih banyak orang menyadari pentingnya kesetaraan gender dan bagaimana transisi energi yang berkeadilan dapat mengurangi beban kerja perempuan dalam rumah tangga. Dalam diskusi, para peserta merencanakan berbagai cara untuk melakukan influencing, seperti menggunakan media sosial, website desa, musyawarah desa, pengajian rutin, dan bahkan khutbah Jumat.

Melalui berbagai strategi ini, diharapkan semakin banyak orang yang menyadari pentingnya berbagi peran dalam rumah tangga dan mendukung transisi energi yang berkeadilan, serta dapat menerapkan prinsip 5R yang penting untuk menciptakan kesetaraan gender dalam rumah tangga dan mewujudkan transisi energi yang berkeadilan, yaitu:

Pertama, Recognition; Pengakuan terhadap pekerjaan rumah tangga dan perawatan yang dilakukan oleh perempuan. Penggunaan energi bersentuhan langsung dengan pekerjaan rumah tangga dan perawatan, seperti gas, listrik, dan lain-lain. Oleh karena itu, inisiatif energi terbarukan (ET) diharapkan dapat meningkatkan pengakuan yang layak atas kerja mereka. Proses transisi energi akan mempengaruhi mereka secara langsung sehingga penting melibatkannya sejak awal.

Kedua, Reduce; Pengurangan beban pekerjaan rumah tangga dan perawatan yang tidak berbayar dapat melalui teknologi energi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Inisiatif energi terbarukan seperti penggunaan energi surya untuk menghidupkan pompa air sumur bor komunal (solar water pump), biogas dari sampah organik dan kotoran ternak, diharapkan dapat mengurangi biaya untuk pembelian BBM dan gas elpiji, maintenance, dan dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, serta pekerjaan domestik lainnya. Dengan demikian, perempuan dapat berhemat dan memiliki lebih banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan ekonomi (ranah publik).

Ketiga, Redistribution; Pembagian ulang peran dalam rumah tangga antara laki-laki dan perempuan. Dengan transisi energi yang lebih efisien, laki-laki dapat didorong untuk berperan lebih aktif dalam pekerjaan rumah tangga. Pembagian tanggung jawab ini diharapkan dapat mempromosikan kesetaraan antara suami dan istri, seperti yang dibagikan oleh Sutarki, salah seorang peserta pelatihan, tentang bagaimana ia kini berbagi tugas rumah tangga dengan istrinya, termasuk dalam pemanfaatan energi dalam rumah tangga.

Keempat, Represent; Keterwakilan perempuan dalam pengambilan keputusan terkait inisiatif energi terbarukan di desa, penting dalam semua proses mulai dari perencanaan, implementasi, hingga pemantauan dan evaluasi. Proyek energi terbarukan dapat memberdayakan perempuan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi hidup mereka, terutama dalam hal akses energi dan pengelolaan sumber daya alam.

Terakhir, Reward; Penghargaan atas pekerjaan dokestik dan perawatan yang tidak berbayar. Transisi energi yang berkeadilan dapat memberikan penghargaan kepada perempuan dalam bentuk penghematan waktu dan peningkatan kualitas hidup. Penggunaan energi terbarukan yang lebih efisien dapat mengurangi waktu yang terbuang untuk mengumpulkan bahan bakar atau memasak dengan cara tradisional yang tidak ramah lingkungan, dan sebagai hasilnya, perempuan dapat mendapatkan penghargaan berupa lebih banyak waktu untuk kegiatan produktif lainnya. Penghargaan khusus secara pribadi baik dari suami maupun anggota keluarga yang lain juga penting sehingga dapat menjadi spirit/energi positif bagi perempuan dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.