
Pada 10 Maret 2025, upaya menuju energi terbarukan di Desa Taman Ayu, Kabupaten Lombok Barat, Indonesia, semakin memperlihatkan harapan. Dalam sebuah pertemuan di sekolah SETARA, para perempuan dari desa ini berdiskusi mengenai langkah-langkah untuk mengakses energi terbarukan, khususnya melalui pemanfaatan potensi lokal seperti sampah dan kotoran ternak. Sekolah SETARA, yang difasilitasi oleh Gema Alam NTB, telah menjadi wadah penting bagi perempuan, disabilitas, dan kelompok rentan di desa untuk meningkatkan kapasitas mereka dan membangun solidaritas dalam mencapai keadilan iklim.

Sekolah SETARA: Menjadi Pendorong Keadilan Iklim
Sekolah SETARA berdiri sebagai bagian dari proyek WE For JET, yang dimulai beberapa tahun lalu. Proyek ini mencakup enam desa di wilayah Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur, termasuk Desa Taman Ayu. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan ruang bagi perempuan dan kelompok rentan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang energi terbarukan, serta untuk berkontribusi pada upaya pengurangan emisi karbon melalui pemanfaatan potensi desa.
Salah satu fokus utama dari proyek ini adalah pemanfaatan sampah dan kotoran ternak sebagai sumber energi baru, seperti biogas. Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Provinsi NTB yang tertuang dalam Pergub NTB No. 43 Tahun 2024, yang menetapkan peta jalan menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050. Melalui inisiatif ini, Desa Taman Ayu diharapkan dapat mengurangi dampak sampah plastik yang belum terkendali dan memanfaatkan sampah organik serta kotoran ternak untuk menghasilkan energi yang lebih bersih.

Tantangan dalam Mewujudkan Energi Terbarukan di Desa Taman Ayu
Meskipun sudah ada dukungan kuat dari Pemerintah Desa Taman Ayu dan masyarakat, tantangan besar masih dihadapi dalam merealisasikan inisiatif energi terbarukan ini. Salah satu kendala utama adalah masalah pendanaan. Pemerintah Desa telah menyetujui anggaran untuk pembangunan instalasi biogas melalui Anggaran Dana Desa (ADD) tahun 2024-2025, namun dana tersebut belum cair, sehingga proyek ini belum bisa berjalan sesuai rencana.
Selain itu, terdapat beberapa isu teknis lainnya yang perlu diselesaikan, seperti penentuan lokasi yang tepat untuk instalasi biogas dan kurangnya sosialisasi terkait pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. Sampah yang belum dipilah dengan baik menjadi salah satu hambatan utama dalam mengoptimalkan potensi energi terbarukan dari sampah organik.

Langkah-Langkah untuk Mempercepat Proses
Untuk mengatasi berbagai tantangan ini, ada beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan oleh seluruh pihak yang terlibat:
- Mendorong Pemdes untuk Mempercepat Pencairan Anggaran: Pemerintah Desa perlu memastikan bahwa anggaran untuk pembangunan biogas segera dicairkan agar proyek ini dapat segera dimulai.
- Menentukan Lokasi Biogas yang Tepat: Diskusi lebih lanjut antara pihak desa dan masyarakat perlu dilakukan untuk menentukan lokasi yang tepat untuk instalasi biogas, salah satunya di Dusun Gunung Malang, yang dianggap memiliki potensi.
- Meningkatkan Sosialisasi Pemilahan Sampah: Pemerintah desa dan kelompok SETARA perlu bekerja sama dengan kepala dusun untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memilah sampah di tingkat rumah tangga, yang akan membantu dalam pengelolaan sampah organik untuk biogas.
- Pengadaan Tempat Sampah di Setiap KK: Setiap kepala keluarga di Desa Taman Ayu perlu diberikan tempat sampah terpisah untuk sampah organik dan anorganik, sehingga pemilahan sampah dapat dilakukan dengan lebih mudah.
- Menetapkan Rencana Program Pengelolaan Biogas: Setelah instalasi biogas terbangun, diperlukan rencana program yang jelas untuk pengelolaannya, termasuk jadwal operasional dan pemeliharaan instalasi.
Menghadapi Hambatan dan Tantangan
Meskipun ada berbagai hambatan, seperti dana yang belum cair dan lokasi yang belum ditentukan, upaya untuk mewujudkan energi terbarukan berbasis potensi desa terus berlanjut. Proses ini membutuhkan kerjasama antara pemerintah desa, masyarakat, dan lembaga-lembaga yang mendukung, termasuk Gema Alam NTB. Dengan terus berkomunikasi dan saling mendukung, diharapkan proyek ini bisa berhasil dan menjadi contoh bagi desa lain dalam menciptakan solusi energi terbarukan yang berkelanjutan.
Kesimpulan dan Rencana Ke Depan
Sebagai langkah konkret ke depan, beberapa hal yang perlu dipastikan adalah:
- Pencairan anggaran untuk pembangunan biogas pada bulan depan.
- Penentuan lokasi yang tepat untuk instalasi biogas bersama pemerintah desa.
- Sosialisasi pemilahan sampah di seluruh dusun pada bulan April 2025.
- Pengadaan tempat sampah terpisah di setiap rumah tangga.
- Penyusunan rencana program pengelolaan biogas yang lebih jelas dan terstruktur.
Dengan komitmen bersama, proyek ini diharapkan dapat menjadi bukti bahwa energi terbarukan berbasis potensi desa dapat diwujudkan, sekaligus memperkuat hak-hak atas energi bersih bagi seluruh masyarakat, terutama perempuan, disabilitas, dan kelompok rentan. Upaya ini juga berperan penting dalam mendukung pencapaian Net Zero Emission di tahun 2050, yang menjadi cita-cita besar Indonesia.