Jumat, 22 Desember 2023 pukul 15.55 Wita saya sedang siap-siap sholat Asyar di mushola kantor desa Lantan Kecamatan Batu Kliang Utara Kabupaten Lombok Tengah. Waktu itu saya bersama salah satu peserta Focus Group Discussion (FGD) PRA hari kedua. FGD tentang pemetaan potensi desa, alur sejarah dan kerentanan resiko bencana yang diadakan dalam rangka kajian partisipatif dari program We for Jet. Program yang dijalankan oleh Gema Alam dengan dukungan dana dari Oxfam di Indonesia.
Tiba-tiba bu Amini memanggil saya: mbak Zicko apakah saya boleh mendapatkan database personal kawan-kawan disabilitas yang didata oleh Gema Alam waktu itu. Saya bilang: Oh Eka (fasilitator lapang Lombok Tengah) belum memberikan ke ibu Amini?. Ibu Amini: sudah mbak tapi yang diberikan mbak Eka itu bentuknya bahan presentasi. Saya maunya dapat yang data personal, agar tahu nama dan dusunnya. Sehingga nanti bisa mencari mereka, karena saya sendiri belum tahu di desa ini siapa saja yang disabillitas. Sebab saat ada pertemuan di desa, hanya saya saja disabilitas yang mengikuti pertemuan. Saya tidak tahu apakah memang desa sudah mengundang tapi mereka tidak mau datang, atau mereka memang tdak diundang. Saya berharap bisa mengumpulkan kawan-kawan disabilitas ini mbak dan membuat kelompok.
Saya tanyakan alasan ibu Amini mau membuat kelompok disablitas, beliau menjawab: agar mereka bisa terlibat sama seperti yang lain mbak, saya berpikir bukankah kita memiliki hak yang sama? Saya berharap desa memiliki lapangan pekerjaan untuk disabilitas, masuk dalam program pembangunan desa, bisa mendapatakan informasi tentang apapun, mendapatkan peningkatan kapasitas dan juga pemberdayaan. Dulu saya pernah ikut musrenbangdes mewakili guru, setelah pemaparan saya unjuk tangan untuk bicara. Saya tanyakan apakah masih bisa memberikan masukan untuk teman-teman disabilitas walaupun saya hadir saat ini diundang bukan mewakili disabilitas. Panitia musrenbangdes langsung bilang, oh iya boleh silahkan apa kebutuhan kawan-kawan disabilitas. Perempuan bertubuh mungil ini mengatakan; bukan itu yang kami harapkan mbak, kami berharap desa melihat atau meyadari bahwa ada warganya yang disabilitas, lalu didengar apa permasalahahan yang kami hadapi dan pemberdayaan apa yang harus dilakukan untuk kami. Kami butuh kail untuk kelanjutan hidup kami, sebab saya yang disabilitas memiliki pengalaman diskriminasi saat mengurus surat keterangan sehat saat melamar sebagai CPNS. Setelah mendengar apa yang diceritakan, akhirnya kami mulai mendiskusikan secara santai strategi mengorganisir disabilitas.
Kami juga memberikan informasi bahwa pihak Pemerintah Desa sudah mulai a ware terkait dengan warga disabilitas sejak mengikuti TOT disabiltas, pendataan disabilitas dan menyusun Rencana Inklusi Disabilitas yang diadakan Gema Alam. Tahapan awal, Kepala Desa sudah mulai melakukan lobi dan advokasi untuk bisa mengakses program-program yang ada di Dinas Sosial Kabupaten dan Provinsi.
Saya menanyakan apa aktifitas ibu Amini sehari-hari? Perempuan berusia 45 tahun ini melanjutkan ceritanya: saya sehari-hari sebagai kepala sekolah di MTs Lantan, terus menerima anak-anak untuk mengaji di rumah pada siang sampai sore hari. Sejak dibuka tahun 2022 saat ini sudah sekitar 120 anak usia 5-14 tahun yang mengaji di rumahnya. Awalnya dulu dari teman anak saya yang sering main di rumah, karena anak-anak ramai bermain dirumahnya, maka ibu Amini menyediakan beberapa buku yang didapatkan dari kawan-kawan dan yang dibeli dari uangnya sendiri. Saat ini, bukan hanya anak yang mengaji saja yang sering membaca di rumah mbak tapi anak-anak yang tidak mengaji juga ikut membaca. Perempuan yang sudah berbagi peran domestic dengan suamnya ini memiliki harapan :
“Saya berharap memiliki pojok baca untuk anak-anak, sebab anak-anak ini harapan dan generasi penerus bangsa mbak. Dengan kemampuan yang saya miliki, saya berharap sedikit bisa memberikan hal positif dan baik dalam kehidupan anak-anak yang ada di Lantan. Saya berharap ada buku-buku saint, cerita tentang lingkungan, tentang kisah rasul, buku memasak, buku bergambar, buku tentang potensi manusia dan buku lainnya yang edukatif. Selain itu juga ada mainan-mainan edukatif yang bisa merangsang orak anak-anak di desa ini. Semoga dengan begitu anak-anak di Desa Lantan ini tumbuh menjadi generasi emas yang memiliki etika, ilmu dan mencintai lingkungan serta menghargai sesasamnya”
Saya lama terdiam karena terharu mendengar harapannya. Saya spontan izin mengambil foto dan menulis hasil obrolan kami. Saya juga izin untuk memuatnya/share narasi obrolan kami yang berisi harapan mulia perempuan disablitas melalui website dan media sosial Gema Alam, melalui media sosial pribadi. Saya memberitahukan tujuannya: untuk mensiarkan asa ibu Amini kepada publik, mengetuk pikiran dan hati orang-orang baik yang memiliki empati. Sehingga bisa berbagi buku dan mainan edukatif untuk anak-anak. Saya izin juga jika ada yang terketuk untuk berdonasi untuk memberikan nomor ibu Amini melalui DM, messenger, chat WA sehingga orang-orang baik tersebut bisa menghubungi secara langsung ke ibu Amini.
Saya melihat matanya berkaca-kaca, Ibu Amini langsung mengangguk dan mengucapkan terimakasih mau perduli dengan kami di desa. Setelah itu, beliau menatap dan memegang lama tangan saya seolah membagi harapan itu melalui tatapan dan pegangan tangnganya.
(Mama, om, tante, kakak dan adik-adik semua yang membaca narasi singkat ini, saya menunggu DM atau chat ke WA saya untuk bisa mendapatkan nomor kontak ibu Amini)
Salam hangat dan terimakasih dari saya Zicko dan Gema Alam NTB