ANTUSIASME HARAPAN PEMDES TERHADAP PROGRAM WE FOR JET TEROBOSAN GEMA ALAM

Program We for JET, yang dilaksanakan oleh Gema Alam bersama dengan mitra multisektor, memberikan optimisme kepada pemerintah desa akan peran perempuan, penyandang disabilitas, dan kelompok marjinal lainnya dalam transisi energi terbarukan yang adil. Kepala Desa Lantan dan Kepala Desa Rarang terbilang vokal menyambut langkah awal ini dengan memaparkan kondisi sumber daya energi di desa dan potensi kelompok perempuan maupun kelompok disabilitas yang tinggal di masing-masing desa.

Seiring dengan upaya transisi energi hijau yang tercantum pada Perda Nomor 3 Tahun 2019 tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED-P)[1], Nusa Tenggara Barat telah mencapai sekitar 19% bauran energi terhitung sampai Juni 2022. Pengembangan energi baru terbarukan merupakan insiatif ramah lingkungan yang kini harus memperhatikan aspek pemenuhan hak asasi manusia serta perencanaan dan implementasi yang adil bagi perempuan, disabilitas dan kaum marjinal lainnya.

Upaya pengurangan emisi karbon dan mempersempit kesenjangan penggunaan energi melalui akses energi bersih dan terbarukan tersebut akan diharapkan berhasil dengan adanya pengakuan keberadaan perempuan dan kelompok rentan, ruang untuk bersuara, menjamin kompensasi dan sistem perlindungan sosial bagi pihak terdampak, diakui dan ditanganinya kelompok ekonomi rentan dan terpinggirkan, serta kemitraan multi pihak.

Menjawab rencana di atas, pada tahun 2023 Gema Alam melaksanakan program We for JET yang bekerjasama dengan Oxfam atas dukungan DFAT. Dengan begitu, sebagai langkah awalnya, Gema Alam telah melaksanakan Rapat Koordinasi dan Sosialisasi program We for JET pada Rabu, 13 September 2023 lalu yang dihadiri oleh para kepala OPD lingkup Provinsi dan 3 Kabupaten yaitu Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat beserta 6 pemerintah desa lokasi program diantaranya desa Tete Batu Selatan, desa Rararng, desa Pandan Indah, desa Lantan, desa Dasan Griya dan Desa Taman Indah.

Kepala Bappeda Provinisi NTB Dr. Ir. H. Iswandi, M.Si mengatakan, dalam konsep pembangunan yang inklusif harus menyasar semua orang “no one left bi hind” (tidak ada orang yang tertinggal)termasuk di dalam pemanfaatan energi baru terbarukan ini.

Dalam kesempatan ini, kepala desa Lantan dan desa Rarang menyuarakan antusiasme menyambut program We for JET yang akan memberikan manfaat bagi kedua desa tersebut dan juga empat desa lainnya. Kepala desa Lantan menyatakan bahwa desa Lantan memiliki kapasitas untuk mengelola limbah ternak Sapi menjadi sumber energi terbarukan dan rencana ini sudah dianggarkan dalam RPJMDes. Kepala desa juga menyebutkan bahwa sudah ada kelompok perempuan desa yang mampu mengolah berbagai hasil potensi desa. Untuk itu, dukungan Gema Alam di masa mendatang dengan memanfaatkan limbah ternak menjadi energi terbarukan sangatlah dinantikan.     

Tidak jauh berbeda dengan desa Lantan, kepala desa Rarang menjelaskan bahwa desa Rarang memiliki sumber daya air yang melimpah dan juga keberadaan kelompok disabilitas di daerah tersebut. Kepala desa berharap bahwa program We for JET akan membuka kesempatan bagi para penyandang disabilitas dan kelompok-kelompok yang kurang terwakili untuk terlibat dalam proses transisi energi yang adil.        

Kedua feedback yang diutarakan kepala Desa Lantan dan kepala desa Rarang menunjukkan persetujuan mutlak akan terealisasinya program We for JET di desa mereka masing-masing. Bahkan, keduanya mendukung penuh proses program We for JET dengan tangan terbuka. Hal tersebut jelas menjadi awal yang baik bagi kelanjutan program We for JET kedepannya.


[1]https://biroadpim.ntbprov.go.id/state-of-green-vs-ntb-net-zero-emissions-2050-transisi-energi-hijau-ala-denmark-vs-ntb/