Pohon ini namanya Mahoni, nama latinnya swietenia macrophylla, family melaceae. Tingginya bisa mencapai 50 meter. Mahoni sangat rakus menyerap air juga menyerap 47-69 % polusi yang ada di sekitarnya. Sehingga keberadaannya sangat bagus untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Selain itu, pohon mahoni juga sangat bermanfaat bagi para penenun di Desa Pringgasela Selatan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur. Kulit batang pohon mahoni digunakan untuk mengahsilkan warna coklat muda. Kulitnya diambil, dipotong kecil-kecil dan direbus sampai mengeluarkan warna coklat. Setelah itu benang katun breket yang warna dasarnya putih dimasukan dalam air rebusan. Selain kulit batang mahoni, penenun juga menggunakan kulit batang banten untuk menghasilkan warna coklat muda. Pengetahuan dan kemampuan membuat warna alam ini didapatkan dari orang tua mereka.

 

“ Kalau dulu kami biasa mengambil kulit batang mahoni dan banten dipinggir jalan, rau, sawah dan pesisir. Tapi sekarang sejak dua tahun terakhir, kami sudah tidak bisa menemukan mahoni dengan bebas karena sudah dibudidayakan oleh orang yang memiliki uang dan dijual dengan harga mahal. Kalau banten masih bisa kami temukan dengan mudah”, ungkap Sri Hartini dan Hidayati dari Kelompok Nine Penenun (KNP).

Sri Hartini juga mengatakan, bahwa kulit batang banten yang di pesisir akan menghasilkan warna yang lebih bagus, kuat dibandingkan yang ditanam di rumah atau sawah, karena kandungan air banten di pesisir lebih banyak. Pewarna alam kami dulu lebih bagus dan kuat warnanya karena pohon masih banyak mendapatkan air dan menggunakan pupuk organik. Kalau sekarang pohon-pohon bahan baku pewarna alam sudah terkontaminasi pupuk kimia yang digunakan petani. (gantb/haiziah).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *