Di era emansipasi saat ini, perempuan sering disebut sebagai kelompok kelas kedua sehingga banyak yang tidak memiliki persamaan hak dengan laki-laki. Perempuan hanya dinilai dalam mengurus pekerjaan yang berkaitan dengan rumah tangga. Meski ada sebagian perempuan yang memiliki kesempatan dalam berbagai bidang seperti pendidikan, pembangunan desa, politik dll. Namun, belum mampu menghilangkan kata subordinatif bagi perempuan.
Jika mengingat kata bahwa perempuan adalah tiang negara. Maka, perempuan-perempuan ini harus memiliki kepribadian yang utuh dan kreatif. Karena pembangunan nasional membutuhkan manusia yang memiliki kepribadian penuh kepercayaan diri serta keberanian untuk berfikir. Begitu pula dengan keberhasilan sangat ditentukan oleh kepercayaan diri yang dimiliki.
Kepercayaan diri berakar dari gambaran diri. untuk itu penting membangun citra diri yang positif. Citra ini akan bertahan secara permanen jika mampu dipelihara dengan baik. Citra diri ini sebagai pandangan yang dibuat diri sendiri. Citra ini tertanam dalam pikiran alam bawah sadar oleh pengaruh orang lain, lingkungan dan juga ada yang sengaja ditanam oleh pikiran sadar kita sendiri.
Baik atau buruk, citra diri bersumber dari pikiran diri sendiri. Oleh karena itu, untuk mengubah citra diri perlu dimulai dari pikiran, jika pikiran buruk maka akan sulit untuk berfikir positif dan berperilaku.
Dengan demikian, sangatlah penting perempuan mengetahui citra diri yang dimiliki sehingga perempuan-perempuan ini bisa menjadi perempuan yang berkualitas. Tepat pada hari ini 16 Oktober 2021 Konsorsium ADARA melaksanakan kegiatan diskusi kampung dengan tema “Membangun Citra Diri Perempuan”. Kegiatan ini berlangsung selama satu hari bertempat di Lesehan Sekar Asri Kelurahan Sekarteja. Kegiatan ini dihadiri oleh 30 perempuan perwakilan dari tiga desa dampingan Konsorsium di Lombok Timur.
Dalam kegiatan ini perempuan-perempuan hebat diajak berkaca untuk melihat dirinya dan pandangan terhadap diri. Karena dengan berkaca perempuan akan mengetahui dirinya. Seperti yang dikatakan fasilitator bahwa ketika bercermin seseorang akan berada pada perbincangan di dalam hatinya. Oleh karena itu, perempuan perlu untuk terus bercermin karena dengan bercermin atau melihat diri maka akan meningkatkan kepercayaan diri dan mampu mengendalikan emosi negatif.
Sebagian besar perempuan tidak mampu bernegosiasi dalam kepentingan hidupnya, ketika dihadapkan dalam persoalan rumah tangga. Namun, ketika perempuan sudah diberikan kesempatan, dan jika perempuan tidak bisa meretasnya maka kondisi perempuan tidak akan berubah. Oleh karenanya perempuan harus memiliki motivasi yang kuat maka, perempuan akan mampu mencapai impian yang diharapkan untuk menuju keadilan dan kesetaraan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *