Pringgasela merupakan desa yang kaya akan sumber daya yang cukup bagus untuk dikembangkan, terutama sumber daya tenun Gedongan. Tenun Gedongan merupakan warisan turun temurun yang terus dikembangkan sampai saat ini. Hal ini disebabkan karena kondisi masyarakat yang sampai saat ini masih tetap mempertahan warisan budaya sebagai baktinya kepada nenek moyang mereka. Selain sebagai warisan budaya, tenun Gedongan juga sebagai sumber mata pencaharian masyarakat Desa Pringgasela hususnya Desa Pringgasela Selatan.

Meski sudah menjadi desa wisata tenun, namun dalam kegiatannya masih belum menguntungkan perempuan. Para penenun belum mampu untuk mengolah dan belum bisa membuat standar harga dari hasil bertenun. Selain itu produk tenun masih monoton dengan motif dan warna yang mencolok meski sudah menggunakan pewarna alam. Selain itu perpaduan warna dari kain belum menjadi focus para penenun. Para penenun menenun sesuai dengan warna yang mereka sukai.

Kondisi lainnya, penenun banyak yang menggunakan wantek dalam pewarnaan. Wantek ini digunakan untuk mencampurkan bahan pewarna alam agar warna yang dihasilkan semakin mengkilat ddan kelihatan. Karena jika hanya menggunakan pewarna alam warna yang dihasilkan agak sedikit kalem dan gelap. Kemudian banyaknya tekong (tengkulak), tekong ini membeli kain dengan harga yang sangat murah kemudian menjualnya dengan harga yang tinggi. Pertekongan ini sering terjadi ketika ada penenun yang membutuhkan uang untuk menambah perekonomian keluarga.

Banyak kelompok tenun yang dibentuk namun tidak bisa memberikan solusi kepada para penenun. Bahkan mereka hanya menambah bencana baru bagi para penenun. Dari kejaadian tersebut para penenun trauma mendengar kata “kelompok. ”Rupanya, pernah ada pihak yang tidak bertanggung jawab mengumpulkan para penenun, dengan mengatas namakan kelompok, dengan dalih agar mereka mendapatkan bantuan berupa benang, alat tenun maupun uang. Namun apa yang dijanjikan tidak kunjung datang, meski sudah beberapa kali mereka dikumpulkan dengan alasan yang sama. Ketakutan-ketakutan tersebut mengakibatkan para penenun merasa enggan untuk diajak berkumpul atau pun berdiskusi. Mereka lebih memilih untuk menenun sendiri dan mengerjakan pekerjaan lain.

Kedatangan Gema ALam memberikan pengaruh bagi para penenun. Berkelompok merupakan wadah yang bisa mempermudah untuk menjalankan suatu usaha dank mendapatkan jaringan untuk pemasaran produk. Tidak lama, para penenun berinisiatif untuk membentuk kepengurusan  Maret 2016 dengan 3 orang pengurus (Ketua, Sekertaris, dan Bendahara). Kelompok ini diberi nama Kelompok Nine Penenun (KNP). Nine artinya perempuan, penenun yang berarti orang yang menenun, jadi Nine Penenun merupakan perempuan yang menenun.

Terbentuknya KNP sebagai wadah bagi penenun di Desa Pringgasela Selatan untuk mencurahkan segala keluh kesah yang dialami. Pertemuan demi pertemuan dilakukan demi memperkuat pemahaman dan pengetahuan mereka. Proses pengorganisasian dijalankan untuk menambah anggota di KNP. Proses pengorganisasian dilakuka dengan mendekatkan diri dan melakukan pertemanan dengan tetangga dan orang-orang di Dusun lainnya. Semakin hari, anggota KNP semakin bertambah. Pesanan produk tenun pun semakin lancar.

Namun, lacarnya penjualan malah semakin membuat pengurus kewalahan untuk mengurus produk tenun dari anggota. Anggota menyerahkan hasil tenunan mereka ke pengurus. Karena tidak memiliki tempat untuk menaruh hasil tenunan anggota maka pengurus mengambil langsung ke rumah-rumah anggota jika ada yang memesan atau membeli.

Melihat kondisi tersebut pengurus berinisiatif membuat sebuah wadah dengan nama Bale Tenun sebagai tempat untuk mengumpulkan hasil produk tenun dari anggota. Bale Tenun berlokasi di salah satu rumah pengurus sebagai tempat sementara. Keberadaan Bale Tenun semakin mempermudah kelompok untuk mengntrol hasil produk mereka. bale tenun ini tidak seperti arshop yang hanya sebagai tempat penitipan sementara, namun sebagai milik bersama. Selain sebagai tempat pemasaran bale tenun juga dijadikan sebagai tempat belajar.

Saat ini, KNP sedang mejalankan program sekolah tenun. Program ini dibuat untuk meningkatkan minat menenun bagi para pemuda di desa Pringgasela Selatan supaya tenun yang menjadi warisan leluhur tidak hilang begitu saja. Sekolah Tenun dijalankan degan sederhana, dimana para pengurus dan anggota KNP menjadi fasilitatornya mulai dari pewarnaan hingga ke proses ahir yakni menenun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *