Kopi, seolah menjadi trend di kalangan anak muda milenial jaman sekarang, apalagi yang senang berpetualang. Kopi menjadi sebuah suguhan, setiap pagi, setiap aktivitas, dan setiap tamu yang datang. Suguhannya sebagai bentuk penghormatan, biasa dilakukan oleh masyarakat terhadap pengunjung. Itu bisa kita temukan di setiap rumah, rasakan di setiap persaudaraan bersama. Hal itu sering terlihat pada sebuah rumah, pojok perempatan Desa Beririjarak.

Aroma kopi berhembus, tertiup angin memanjakan hidung yang terus mencicipinya. Aku ikuti arahnya, arah menuntun pada pintu masuk,  lalu melihat tangan terampil sedang menyuguhkannya. Disuguhkan oleh seseorang, wajah mulus, kulit agak kecoklat-coklatan dan terlihat jelas janggut dan kumis mulai tumbuh. Mungkin, ia berumur 26 tahun atau lebih.

Peria ini adalah Sopian Hadi, panggilan sehari-harinya Bung Ian. Ia mulai tertarik pada kopi sejak diberikan pelatihan pengolahan kopi oleh Gema Alam NTB pada tahun 2017 silam. Tentang manfaat kopi, tentang keistimewaan kopi, dan sampai pada pengolahannya. Ternyata, komoditas ini memiliki peminat yang cukup banyak, bisa dikatakan beririsan dengan para kaum muda yang lagi demam adventure.

Bung Ian juga, salah satu anggota Gerakan Pemuda Untuk Perubahan GAPURA desa Beririjarak, sebuah perkumpulan pemuda yang mempunyai mimpi besar terhadap perubahan-perubahan atas desanya. Perubahan pola pikir dan prilaku yang progresif untuk meningkatkan tarap hidup yang lebih baik, mandiri secara ekonomi dan berdaulat secara bersama-sama.

Pada perkembangannya, ia mulai mendata jumlah petani kopi diwilayahnya. Terdapat 20 orang petani yang rata-rata menggarap ± 20 – 50  are perorang. Namun, semua itu pengolahannya masih menggunakan pola lama. Pola yang tidak memilah dan memilih antara buah yang matang/merah dengan yang muda lalu dijual basah pada pengepul.

Melihat situasi tersebut menjadi keperihatinan tersendiri,  Gapura lalu mencoba merangkul mereka, dan pelan-pelan memberikan informasi terkait pengelolaan kopi secara baik dan bijak menuju pasar yang ramah dengan harga yang setimpal. Selain itu, Gapura memberikan pelatihan budidaya dan cara sambung pohon kepada petani kopi di desa Beririjarak sebagai bagian dari melestarikan kopi, sebagai sumber pendapatan alternatif selain palawija.

Komunitas memulai mengolah kopi dan petani sebagai pemasok utama untuk kebutuhan produksi. Namun, ciri has kopi di Beririjarak belum ketemu. Tidak lama, muncul sebuah brand sebagai identitas komoditas tersebut yakni Kopi Rau. Kopi Rau adalah sebuah komoditas kopi yang berasal dari desa Beririjarak, dan sebagian besar masyarakatnya sebagai petani ladang.

Petani pembudidaya kopi tidak terlalu banyak saat ini dibandingkan dengan sebelumnya. Hal itu dikarenakan pengaruh manfaat secara ekonomi tidak terlalu dirasakan langsung petani. Selain itu, akses pasar belum di ketahui, selain cara perlakuan terhadap kopi itu sendiri. Sehingga, banyak para petani merusak pohon kopi mereka yang berhektar – hektar di rubah menjadi sawah tadah hujan untuk tanaman palawija.

Melihat situasi itu pula, mejadi keperihatinan tersendiri secara individu maupun organisasi, Sopian Hadi melalui GAPURA berkomitmen bahwa kopi merupakan komodiats yang bisa dikembangkan untuk kemaslahatan bersama dengan sedikit sentuhan, pengelolaan, pengolahan dan kampanya. Oleh karena itu muncullah brand kopi rau yang menjadi ciri has kopi di desa Beririjarak. Saat ini, kopi rau sudah banyak dikenal di kalangan pecinta kopi baik di dalam dan luar daerah. Untuk itu, dengan membeli produk ini, anda sudah berpartisipasi meningkatkan kesejateraan para petani kopi.

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *